MAKALAH
SEJARAH
PEMBAHASAN
EMPAT MADZHAB
Disusun
Oleh :
Nama : Nurindah
.S.R
No Absen : 24
No Absen : 24
Kelas : XI IPA 4
MADRASAH
ALIYAH NEGERI (MAN)
BABAKAN-LEBAKSIU-TEGAL
TAHUN
PELAJARAN 2012 – 2013
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kita dapat menyelesaika tugas ini
dengan baik. Dalam pembuatan tugas ini setidaknya terdapat hal-hal
yang menambah kita untuk memperoleh informasi dan komunikasi yang
semakin berkembang di Era Globalisasi.
Selanjutnya
kami menyadari jika dalam pembuatan Makalah ini banyak berbagai
pihak, yang memberi dukungan dan sambutan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang pertama kepada :
- Ibu Ojah Faojah selaku guru mapel SEJARAH pembimbing
- dan teman-teman yang telah ikut membantu kami secara langsung ataupun tidak langsung.
Semoga
pembuatan Makalah ini dapat membantu para siswa dalam
mempelajari mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati ,kepada para pembaca kami mohon dapat
menyampaikan saran dan kritik untuk perbaikan selanjutnya.
Penulis
15
– 10– 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perbedaan
pendapat mengenai pemahaman terhadap Al-Qur'an sebagai sumber hukum
islam sering terjadi tak terkecuali juga terhadap imam
mazhab,berbagai macam metode yang mereka terapkan dalam memahami
Al-Qur'an akan tetapi sesungguhnya mereka menyepakati bahwa AL-Qur'an
itu adalah Sumber Hukum islam yang paling pokok (pertama). Adapun
perbedaan yang muncul itu hanyalah pada cara atau metode mereka dalam
menetapkan suatu hokum dengan tidak terlepas dari al-qur'an dan hadis
Rasullullah SAW. Oleh karena adanya perbedaan pendapat mengenai
kedudukan Al-Qur'an sebagai sumber hukum islam yang pertama maka
disini pemakalah akan mencoba membahas lebih detail mengenai
kedudukan Al-Qur'an ini menurut pendapat empat imam mazhab yaitu imam
Abu Hanifah, Imam Maliki, Imam Ibnu Hambal, dan Imam Syafi'i.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. IMAM ABU HANIFAH
Mazhab
hanafi dinisbahkan kepada pengasas mazhab tersebut yaitu Imam Nu’man
bin Tsabit al-Kufi al-Hanafi. Beliau lahir di Kufah Iraq dari
keturunan Parsi pada 80 H. dan meninggal 150 H. beliau memulakan
kehidupannya sebagai peniaga sutera akan tetapi berpindah untuk
menuntut ilmu dan berguru dengan ulama-ulama terkenal pada masa itu
seperti al-Syaikh Humad bin Abi Sulaiman yang telah mewarisi ilmu
dari Abdullah bin Mas’ud seorang sahabat yang terkenal dalam bidang
fiqih dan Ra’yi. Selain dari itu Abu Hanifah juga berguru dengan
imam Zaid bin Ali Zainal Abidin dan Ja’far al-Sadiq dll.
Imam
abu hanifah banyak dikritik ulama lain karena dikatakan telah
mengutamakan pendapat (ra’yu) daripada hadis, hal ini dibantah oleh
sebagian ulama bahwa beliau lebih banyak menggunakan pendapatnya
sendiri daripada hadis kerana pada masa itu penipuan hadis sangat
banyak dan beliau takut menerima hadis yang palsu.
Manhaj
Abu Hanifah dalam fiqih jelas, beliau akan mengembalikan segala
persoalan kepada Al-Qur’an kemudian al-Sunnah lalu Aqwal al-Sahabah
yaitu pendapat para sahabat Nabi. adapun apabila perkara tersebut
tidak pernah dibincangkan sebelumnya maka beliau akan berijtihad,
yaitu dengan mengikut metode Qiyas dan Istihsan. Ijtihad telah
dibenarkan sejak zaman Nabi lagi, ketika Rasulullah S.A.W. mengutus
Muaz bin Jabal ke Yaman beliau bertanya: Bagaimana cara engkau dalam
berhukum?, dengan merujuk kepada Kitab Allah, Bagaimana kalau tidak
ada dalam kitab Allah?, maka dengan merujuk kepada Sunnah Rasulullah,
bagaimana kalau tidak ada , maka aku akan berijtihad dengan betul)
dalam hadis yang lain Nabi bersabda: Apabila seorang mujtahid
berijtihad dan betul ijtihadnya maka dia akan mendapat dua pahala,
apabila salah dia akan mendapat satu pahala.
Diantara
murid Abu hanifah yang terkenal adalah Abu Yusuf , Muhammad bin
Hasan, merekalah orang yang bertanggung jawab menyebarkan Mazhab
hanafi dan memperkuat kedudukan mazhab tersebut. Adapun kitab-kitab
yang terkenal dalam mazhab Hanafi ialah Kitab al-Kafi oleh imam
Muhammad bin Muhammad al-Marwazi dan Kitab al-Mabsut oleh imam
Muhamamd bin Ahmad al-Sarkhasi. Dengan adanya dukungan ulama-ulama
tersebut maka tersebar luaslah mazhab Hanafi dan telah menjadi mazhab
rasmi bagi Khilafah usmaniyah di Turki.
Dalam menetapkan kedudukan Al-Qur'an imam Hanafi sepakat dengan ulama yang lainya bahwa Al-Qur'an adalah sumber hokum islam yang pertama namun menurut para ulama imam Abu Hanifah berbeda pendapat dengan jumhur ulama mengenai Al-Qur'an yang mencakup lafaz dan maknanya atau maknanya saja.
Diantara dalil yang menunjukkan pendapat imam Abu Hanifah bahwa Al-Qur'an itu hanya maknanya saja adalah bahwa beliau membolehkan sholat dengan menggunakan bahasa lain selain bahasa arab, sedangkan imam Syafi'i mengatakan tidak diperbolehkan membaca Al-Qur'an dengan mengunakan bahasa selain bahasa arab sekalipun orang itu bodoh.
Dalam menetapkan kedudukan Al-Qur'an imam Hanafi sepakat dengan ulama yang lainya bahwa Al-Qur'an adalah sumber hokum islam yang pertama namun menurut para ulama imam Abu Hanifah berbeda pendapat dengan jumhur ulama mengenai Al-Qur'an yang mencakup lafaz dan maknanya atau maknanya saja.
Diantara dalil yang menunjukkan pendapat imam Abu Hanifah bahwa Al-Qur'an itu hanya maknanya saja adalah bahwa beliau membolehkan sholat dengan menggunakan bahasa lain selain bahasa arab, sedangkan imam Syafi'i mengatakan tidak diperbolehkan membaca Al-Qur'an dengan mengunakan bahasa selain bahasa arab sekalipun orang itu bodoh.
2.IMAM
MALIK IBN ANAS
Imam
Malik bin Anas al-Asbahi, berasal dari Yaman dan lahir di Madinah,
dan tidak pernah meninggalkan Madinah kecuali untuk Haji, beliau
lebih suka duduk bersebelahan dangan Nabi, walaupun telah ditawarkan
untuk mendampingi Khalifah di Baghdad. Beliau telah banyak berguru
dengan para Tabi’in, diantaranya ialah Ibn al-Shihab al-Zuhri dan
Rabi’ah al-Ra’yi, Yahya ibn Said , Abdul Rahman bin Hurmuz dll.
Beliau belajar dan mengajar di Masjid Nabawi dan diantara murid
beliau adalah Imam syafi’I, anak kahalifah Harun al-Rashid yaitu
al-Amin dan al-Ma’mun, abdullah bin Wahb, Abdul Rahmanbin al-Qasim,
Abul Hasan al-Qurtubi dll.
Imam
Malik telah menulis sebuah Buku yang dinamakan al-Muwatta’, Buku
ini mengandungi Hadith-Hadith yang Sahih dan Mursal, Fatwa sahabat
dan pendapat para Tabi’in, dan juga mengandungi Ijtihad beliau
sendiri dalam bentuk qiyas, tafsir , tarjih. Beliau menulis buku
tersebut dalam masa empat puluh tahun, ini adalah merupakan karya
terbesar Imam Malik dan merupakan buku pertama, setelah al-Qur’an
dan Hadith. Al-Muwatta ingin dijadikan kitab dan Mazhab rasmi bagi
Khilafah Abbasiah masa itu tetapi Imam Malik dengan tawadu’ menolak
permintaaan tersebut. Selain al-Muwatta’ kitab yang terkenal dalam
mazhab Maliki adalah al-Mudawwanah yang ditulis oleh murid-murid
beliau dan menjadi pegangan rasmi pemerintahan Umawiyyah di Andalus/
Spain.
Dalam menetapkan kedudukan Al-Qur'an menurut imam malik hakikat Al-Qur'an adalah kalam Allah yang lafas dan maknanya dari Allah SWT, beliau sepakat dengan dengan jumhur ulama bahwa Al-Qur'an adalah sumber hukum islam yang pertama namun ada sedikit perbedaan disini imam malik cenderung mengikuti ulama salaf yang membatasi pembahasan mengenai Al-Qur'an sesempit mungkin hal ini dilakukan karena beliau khawatir melakukan kebohongan terhadap Allah SWT.
Dalam menetapkan kedudukan Al-Qur'an menurut imam malik hakikat Al-Qur'an adalah kalam Allah yang lafas dan maknanya dari Allah SWT, beliau sepakat dengan dengan jumhur ulama bahwa Al-Qur'an adalah sumber hukum islam yang pertama namun ada sedikit perbedaan disini imam malik cenderung mengikuti ulama salaf yang membatasi pembahasan mengenai Al-Qur'an sesempit mungkin hal ini dilakukan karena beliau khawatir melakukan kebohongan terhadap Allah SWT.
3. IMAM ASY SYAFI’I
Imam
Abu Abdullah Muahammad bin Idris al-Syafi’i, mempunyai nasab yang
bertemu dengan Rasul yaitu dengan kakek beliau yang bernama Abd
Manaf. Beliau lahir di Ghazzah, Palestina, dan wafat di Mesir. beliau
Menuntut ilmu di Mekkah sampai berumur 15 tahun dan diberikan izin
berfatwa, kemudian beliau pindah ke Madinah berguru dengan Imam
Malik, lalu mengembara ke Yaman untuk berguru dengan Yahya bin Hassan
Murid Imam al-Auza’i, beliau ditangkap pada tahun 184 H. kerana
didakwa menentang pemerintahan Abbasiyah dan dibawa ke Baghdad
disinilah beliau bertemu dengan Imam Muhammad al-Syaibani dari Mazhab
Hanafi, beliau terus mengembara untuk belajar dan mengembangkan
ilmunya sampailah akhirnya beliau mukim di Mesir pada tahun 199 dan
meninggal tahun 204 H.
Imam
Syafi’i banyak mengembara dalam menuntut ilmu oleh karena mazhabnya
juga merupakan kombinasi dari beberapa mazhab/ pemikiran , beliau
mengambil sikap tengah dalam mazhabnya yaitu antara madrasah ahlul
Hadis (menolak ijtihad-qiyas) dan madrasah ahlul Ra’yi (menolak
hadis ahad), beliau tidak menolak hadis Ahad yang sahih,dan menolak
hadits Mursal yang bukan oleh kibar Tabi’in. dan beliau menggunakan
metode qiyas dalam ijtihadnya, ini berarti mazhab syafi'i
mengkombinasikan antara ra'yu dan hadis dan berada
ditengah-tengah.
Beliau adalah seorang ahli hadis yang banyak menghafal hadis dan dalam kaedah fiqihnya hadis adalah sebagai sharih, muqayyid, Mufassil, dan Mukhassis kepada al-Qur’an, sumber ketiga setelah al-Qur’an dan Sunnah adalah Ijma’ dan kemudian aqwal al-Sahabah. Dan yang terakhir adalah Qiyas, dengan ini beliau menolak Istihsan dan Istislah atau amal ahli madinah.
Beliau adalah seorang ahli hadis yang banyak menghafal hadis dan dalam kaedah fiqihnya hadis adalah sebagai sharih, muqayyid, Mufassil, dan Mukhassis kepada al-Qur’an, sumber ketiga setelah al-Qur’an dan Sunnah adalah Ijma’ dan kemudian aqwal al-Sahabah. Dan yang terakhir adalah Qiyas, dengan ini beliau menolak Istihsan dan Istislah atau amal ahli madinah.
Imam
Shafi’i menulis buku tentang Usul fiqh, kitabnya al-Risalah adalah
kitab pertama yang membincangkan tentang ilmu itu, dan kitab kedua
adalah kitab al-Umm yang khusus membicarakan tentang mazhabnya dalam
fiqih. Diantara murid beliau yang tersebar di Iraq dan Mesir adalah:
al-Rabi’ bin Sulaiman al-Muradi, al-Hasan bin Muhammad
al-Za’farani, Abu Ali Husein bin Ali al-Karabisi, Isma’il bin
yahya al-Muzni, abu Ya’kub al-Buwaiti dan Imam Nawawi. Mazhab
beliau pernah menjadi Mazhab rasmi di Mesir dan di Negara-negara
Asia.
Imam Syafi'i sebagaimana ulama lain beliau sepakat bahwa Al-qur'an adalah sumber hokum islam yang pertama namun disini imam Syafi'i menganggap bahwa Al-Qur'an tidak dapat dilepaskan dari As-ASunnah karena kaitan antara keduanya sangat erat, jika para ulama lain menganggap bahwa sumber hokum islam yang pertama itu adalah Al-Qur'an kemudian As-sunnah akan tetapi berbeda dengan imam Syafi'I beliau berpendapat bahwa sumber huku islam yang pertama itu adalah Al-Qur'an dan As-sunnah, sehingga beliau seakan-akan mengganggap Al-qur'an dan As sunnah itu berada dalam satu martabat.namum sebenarnya imam Syafi'I mengakui adanya perbedaan antara keduanya ( Al-Qur'an dan As-sunnah ).
4. IMAM AHMAD IBN HAMBAL
Imam Syafi'i sebagaimana ulama lain beliau sepakat bahwa Al-qur'an adalah sumber hokum islam yang pertama namun disini imam Syafi'i menganggap bahwa Al-Qur'an tidak dapat dilepaskan dari As-ASunnah karena kaitan antara keduanya sangat erat, jika para ulama lain menganggap bahwa sumber hokum islam yang pertama itu adalah Al-Qur'an kemudian As-sunnah akan tetapi berbeda dengan imam Syafi'I beliau berpendapat bahwa sumber huku islam yang pertama itu adalah Al-Qur'an dan As-sunnah, sehingga beliau seakan-akan mengganggap Al-qur'an dan As sunnah itu berada dalam satu martabat.namum sebenarnya imam Syafi'I mengakui adanya perbedaan antara keduanya ( Al-Qur'an dan As-sunnah ).
4. IMAM AHMAD IBN HAMBAL
Imam
Ahmad bin Hanbal bin Hilal bin Asad al-Syaibani lahir di Baghdad dan
mengembara ke Mekah madinah, Syam, Yaman, dan lain-lain untuk
menuntut ilmu dan berguru, dan diantara guru beliau adalah imam
Syafi’i. Beliau amat arif dalam ilmu Sunnah, dan berjaya
menghasilkan sebuah Musnad yang mengandungi lebih daripada 40.000
hadith.
Dalam
mazhabnya beliau berpegang pada lima Usul (Kaedah/methodology): 1.
Nash dari al-Qur’an dan Sunnah. 2. Fatwa Sahabat. 3. ijtihad
Sahabat yang lebih dekat kepada al-Qur’an dan Sunnah. 4. Mengambil
hadith Mursal dan Dha’if dan lebih diutamakan daripad Qiyas,
khususnya dalam hal yang berkaitan fadhail a’mal (sunnat). 5. Qiyas
sebagai langkah terakhir.
Imam
Ahmad tidak pernah menulis buku tentang mazhabnya, akan tetapi
murid-murid beliau mengumpulkan pendapat-pendapatnya, maka lahirlah
buku al-Jami’ oleh Ahmad bin Muhamamd al-Khilal dan buku
al-Mukhtasar al-Khirqi oleh Abul Qasim Umar bin Husein al-Khirqi dan
Sharah buku tersebut oleh Ibn Qudamah al-Maqdisi yang dinamakan
al-Mughni. Diantara pengitkut beliau ialah Imam Ibn taymiyah dan Imam
Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah.
Imam
Ahmad ibnu Hambal, sebagaimana imam lainya menyepakati bahwa
Al-Qur'an itu sember hukum islam yang pertama (pokok) namun seperti
halnya dengan imam syafi'I bahwa Al-Qur'an mempunyai kedudukan yang
kuat disamping Al-Qur'an sehingga tidak jarang beliau mengatakan
bahwa sumber hukum itu adalah nash. Yang dimaksud nash disini adalah
Al-Quran dan As-sunnah.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Demikianlah sejarah lahirnya mazhab dalam Islam, ia adalah fenomena yang normal dan sihat dalam sesuatu ajaran. Shari’ah Islam tidak bersifat Jumud ia akan berkembang mengikut perubahan zaman, pintu ijtihad sentiasa terbuka bagi para mujtahid bagi menangani permasalahan yang timbul dalam masyarakat Islam. Mazhab dalam Islam bukan sesuatu yang sakral dan harus diikuti dan dipatuhi seratus peratus, ini kerana mereka hanya berijtihad dan ijtihad ada yang betul ada yang salah yang mana kedu-duanya tetap mendapat pahala.
Lahirnya mazhab amat penting setelah wafatnya Rasul S.A.W. dan para Sahabat r.a, kerana setiap ulama mempunyai cara dan metode tersendiri dalam memahami al-Qur’an dan Sunnah, ulama-ulama yang cukup ilmunya dan berkemampuan untuk mengerti maksud al-Qur’an dan memahami hukum yang terkandung didalamnya, ulama seperti ini tidak banyak, mereka sangat terbilang. Orang awam tidak dapat memiliki ilmu seperti ini, ini terbukti apabila permasalahan agama diserahkan kepada yang bukan ahlinya (ulama) maka setiap orang akan berbeda pendapat dan cenderung untuk mengikut hawa nafsu dalam mentafsirkan ayat atau hadis.oleh sebab itu Nabi bersabda: “Dan bertanyalah kepada orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui”.
Yang
menjadi permasalahan kepada ummat Islam adalah adanya sifat ta’assub
dikalangan penganut mazhab, sehingga seseorang itu lebih mengutamakan
qaul mazhab daripada hadis atau nash yang sahih. Ini jelas apabila
mereka masih enggan meninggalkan perbuatan bid’ah dan khurafat yang
telah lama diamalkan oleh masyarakat. Imam-imam mazhab sendiri
sebenarnya tidak bertanggung jawab terhadap amalan-amalan tersebut,
kebanyakan yang terjadi adalah ulama-ulama mazhab yang mentafsirkan
dan mengembangkan mazhabnya, jadi yang sepatutnya menjadi ukuran
adalah al-Qur’an dan Sunnah, qaul mazhab boleh diterima selagi
tidak bercanggah dengan Hadith Sahih. Jadi kesimpulannya tidak salah
bermazhab (mengikut imam tertentu) akan tetapi tidak boleh ta’assub
atau taqlid a’ma (taqlid buta) pada mazhab tertentu, seseorang
muslim dituntut untuk menuntut ilmu dan mendalami fiqih agar tidak
taqlid dan jauh daripada bid’ah dan khurafat.
Istilah “salafi” ternyata bukan sesuatu yang baru, istilah ini timbul ketika bid’ah mula berleluasa di zaman khilafah Abbasiyah, maka sebagai reaksi dari ulama-ulama Islam timbullah istilah ulama salaf yaitu ulama yang berpegang teguh dengan ajaran nabi dan memerangi bid’ah. Bid’ah yang timbul. ketika itu adalah dalam permasalahan Aqidah dan bukan ibadah, termasuk bid’ah bahwa al-Qur’an itu makhluk, maka ulama yang membantah keras pada masa itu adalah imam Ahmad bin Hanbal (imam mazhab hanbali),beliau dipenjarakan dan diseksa oleh kahalifah, maka sejak itu beliau digelar sebagai imam ahlu salaf dan imam Ahlussunnah wa al-Jama’ah. Manhaj salaf ini kemudian diperjuangkan oleh penerus beliau yaitu Imam Ibn taymiyah pada abad ke enam hijriah. Kemudian pada zaman ini lahirlah Muhammad bin Abdul Wahhab (1206H) di Jazirah Arab yang konsisten dengan perjuangan salaf dalam Aqidah dan mazhab Hanbali dalam fiqih, dengan bantuan Raja Sa’udi maka ajaran beliau tersebar luas dan mazhab Hanbali menjadi mazhab rasmi di Saudi Arabia hingga kehari ini.akan tetapi perlu kita ketahui satu hal bahwa dpat disimpulkan seluruh imam mazhab menyepakati bahwa Al-Quer'an adalah sumber hokum islam yang pokok ( pertama ).
Istilah “salafi” ternyata bukan sesuatu yang baru, istilah ini timbul ketika bid’ah mula berleluasa di zaman khilafah Abbasiyah, maka sebagai reaksi dari ulama-ulama Islam timbullah istilah ulama salaf yaitu ulama yang berpegang teguh dengan ajaran nabi dan memerangi bid’ah. Bid’ah yang timbul. ketika itu adalah dalam permasalahan Aqidah dan bukan ibadah, termasuk bid’ah bahwa al-Qur’an itu makhluk, maka ulama yang membantah keras pada masa itu adalah imam Ahmad bin Hanbal (imam mazhab hanbali),beliau dipenjarakan dan diseksa oleh kahalifah, maka sejak itu beliau digelar sebagai imam ahlu salaf dan imam Ahlussunnah wa al-Jama’ah. Manhaj salaf ini kemudian diperjuangkan oleh penerus beliau yaitu Imam Ibn taymiyah pada abad ke enam hijriah. Kemudian pada zaman ini lahirlah Muhammad bin Abdul Wahhab (1206H) di Jazirah Arab yang konsisten dengan perjuangan salaf dalam Aqidah dan mazhab Hanbali dalam fiqih, dengan bantuan Raja Sa’udi maka ajaran beliau tersebar luas dan mazhab Hanbali menjadi mazhab rasmi di Saudi Arabia hingga kehari ini.akan tetapi perlu kita ketahui satu hal bahwa dpat disimpulkan seluruh imam mazhab menyepakati bahwa Al-Quer'an adalah sumber hokum islam yang pokok ( pertama ).
0 comments:
Post a Comment