CARA BERSYUKUR
Oleh: Ikhya Ulumuddin
Oleh: Ikhya Ulumuddin
Pendahuluan
Berapa banyak kenikmatan yang Allah S.w.t. berikan kepada kita sebagai hamba-Nya. Sudahkah kita bersyukur ? Jika kita hitung-hitungnyapun, kita tidak akan sanggup menghitungnya. Ini artinya betapa banyak kenikmatan yang Allah S.w.t. anugerahkan kepada kita, maka sudah selayaknya kita senantiasa bersyukur terhadap kenikmatan yang Allah S.w.t. berikan kepada kita. Syukur terhadap nikmat yang diberikan Allah S.w.t., akan membuat nikmat itu sendiri bertambah. Sementara sebaliknya, ingkar/kufur nikmat yang diberikan-Nya, akan membuat diri kita terkena azab dari-Nya, sebagaimana Allah S.w.t. berfirman:
Berapa banyak kenikmatan yang Allah S.w.t. berikan kepada kita sebagai hamba-Nya. Sudahkah kita bersyukur ? Jika kita hitung-hitungnyapun, kita tidak akan sanggup menghitungnya. Ini artinya betapa banyak kenikmatan yang Allah S.w.t. anugerahkan kepada kita, maka sudah selayaknya kita senantiasa bersyukur terhadap kenikmatan yang Allah S.w.t. berikan kepada kita. Syukur terhadap nikmat yang diberikan Allah S.w.t., akan membuat nikmat itu sendiri bertambah. Sementara sebaliknya, ingkar/kufur nikmat yang diberikan-Nya, akan membuat diri kita terkena azab dari-Nya, sebagaimana Allah S.w.t. berfirman:
وَإِذْ
تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ
لَأَزِيْدَنّكُمْ، وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ
إِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih”. (Q.S. Ibrahim[14]: 7)
Di ayat lain, Allah S.w.t. berfirman :
وَاللهُ
أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمّهَاتِكُمْ
لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا، وَجَعَلَ
لَكُمُ السّمْعَ وَاْلأَبْصَارَ
وَاْلأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
”Dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur.” (Q.S.
An-Nahl [16]: 78)
Ini
artinya, saat kita lahir, kita tidak tahu apa-apa, tidak ada ilmu
pengetahuan yang kita miliki. Yang kita miliki hanya ‘naluri’
saja. Seorang bayi yg menangis menandakan si bayi mengirim naluri
kepada orang tuanya bahwa ada sesuatu yg tidak dia sukai, entah
mengompol, buang air, dan sebagainya. Barulah pada tahapan
berikutnya, diajarkan kemampuan mendengar, melihat, berbicara, akal
budi, dan sebagainya. Maka hati, mata, dan telinga
harus menjadi sarana untuk bersyukur kita kepada-Nya.
Kaitannya dengan bersyukur ini, Rasulullah s.a.w. bersabda :
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ؛ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
“Seorang
mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik.
Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min
sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia
bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia
bersabar, dan itu baik baginya”. (HR.
Muslim)
Cara bersyukur kepada Allah
Pada intinya, cara bersyukur itu ada tiga macam. Ketiganya sangat penting untuk kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama,
bersyukur dengan hati nurani. Kata hati alias
nurani selalu benar dan jujur. Untuk itu, orang yang bersyukur dengan
hati nuraninya sebenarnya tidak akan pernah mengingkari banyaknya
nikmat Allah. Dengan detak hati yang paling dalam, kita
sebenarnya mampu menyadari seluruh nikmat yang kita peroleh setiap
detik hidup kita tidak lain berasal dari Allah. Hanya Allahlah yang
mampu menganugerahkan nikmat-Nya.
Kedua,
bersyukur dengan ucapan. Lidahlah yang biasa
melafalkan kata-kata. Ungkapan yang paling baik untuk menyatakan
syukur kita kepada Allah adalah hamdalah. Dalam sebuah hadis,
Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa mengucapkan subhanallah, maka
baginya 10 kebaikan. Barangsiapa membaca la ilaha illallah, maka
baginya 20 kebaikan. Dan, barangsiapa membaca alhamdu lillah, maka
baginya 30 kebaikan.”
Ketiga,
bersyukur dengan perbuatan, yang biasanya
dilakukan anggota tubuh. Tubuh yang diberikan Allah kepada manusia
sebaiknya dipergunakan untuk hal-hal yang positif. Menurut Imam
al-Ghazali, ada tujuh anggota tubuh yang harus dimaksimalkan untuk
bersyukur. Antara lain, mata, telinga, lidah, tangan, perut,
kemaluan, dan kaki. Seluruh anggota ini diciptakan Allah sebagai
nikmat-Nya untuk kita. Lidah, misalnya, hanya untuk mengeluarkan
kata-kata yang baik, berzikir, dan mengungkapkan nikmat yang kita
rasakan. Allah berfirman, ”Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah
kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” (QS Aldhuha [93]: 11).
Oleh karena itu, marilah kita syukuri nikmat yang Allah berikan
kepada kita dengan ketiga cara bersyukur sebagaimana dijelaskan
di atas, yakni : dengan hati nurani, ucapan dan perbuatan
kita, agar nantinya kita jangan termasuk golongan orang-orang yang
rugi dunia-akhirat, dan semoga kita termasuk orang-orang yang pandai
bersyukur atas segala nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita,
amin.
Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa cara bersyukur kepada ALLAH SWT
terdiri dari empat komponen.
1. Syukur dengan Hati
Syukur dengan hati dilakukan dengan
menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang kita peroleh, baik besar,
kecil, banyak maupun sedikit semata-mata karena anugerah dan
kemurahan ALLAH.
ALLAH SWT berfirman,
ALLAH SWT berfirman,
Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari ALLAH. (QS. An-Nahl: 53)
Syukur dengan hati dapat mengantar
seseorang untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa
menggerutu dan keberatan, betapa pun kecilnya nikmat tersebut. Syukur
ini akan melahirkan betapa besarnya kemurahan da kasih sayang ALLAH
sehingga terucap kalimat tsana’ (pujian) kepada-NYA.
2. Syukur dengan Lisan
Ketika hati seseorang sangat yakin bahwa
segala nikmat yang ia peroleh bersumber dari ALLAH, spontan ia akan
mengucapkan “Alhamdulillah” (segala puji bagi ALLAH).
Karenanya, apabila ia memperoleh nikmat dari seseorang, lisannya
tetap memuji ALLAH. Sebab ia yakin dan sadar bahwa orang tersebut
hanyalah perantara yang ALLAH kehendaki untuk “menyampaikan”
nikmat itu kepadanya.
Al pada kalimat Alhamdulillah
berfungsi sebagi istighraq, yang mengandung arti
keseluruhan. Sehingga kata alhamdulillah mengandung arti bahwa yang
paling berhak menerima pujian adalah ALLAH SWT, bahkan seluruh pujian
harus tertuju dan bermuara kepada-NYA.
Oleh karena itu, kita harus
mengembalikan segala pujian kepada ALLAH. Pada saat kita memuji
seseorang karena kebaikannya, hakikat pujian tersebut harus ditujukan
kepada ALLAH SWT. Sebab, ALLAH adalah Pemilik Segala Kebaikan.
3. Syukur dengan Perbuatan
Syukur dengan perbuatan mengandung arti
bahwa segala nikmat dan kebaikan yang kita terima harus dipergunakan
di jalan yang diridhoi-NYA. Misalnya untuk beribadah kepada ALLAH,
membantu orang lain dari kesulitan, dan perbuatan baik lainnya.
Nikmat ALLAH harus kita pergunakan secara proporsional dan tidak
berlebihan untuk berbuat kebaikan.
Rasulullah saw menjelaskan bahwa ALLAH
sangat senang melihat nikmat yang diberikan kepada hamba-NYA itu
dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah saw bersabda,
Sesungguhnya ALLAH senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmat-NYA pada hamba-NYA. (HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Amr)
Maksud dari hadits di atas adalah bahwa
ALLAH menyukai hamba yang menampakkan dan mengakui segala nikmat yang
dianugerahkan kepadanya. Misalnya, orang yang kaya hendaknya
menampakkan hartanya untuk zakat, sedekah dan sejenisnya. Orang yang
berilmu menampakkan ilmunya dengan mengajarkannya kepada sesama
manusia, memberi nasihat dsb. Maksud menampakkan di sini bukanlah
pamer, namun sebagai wujud syukur yang didasaari karena-NYA. ALLAH
SWT berfirman,
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur). (QS. Adh-Dhuha: 11)
4. Menjaga Nikmat dari Kerusakan
Ketika nikmat dan karunia didapatkan,
cobalah untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Setelah itu,
usahakan untuk menjaga nikmat itu dari kerusakan. Misalnya, ketika
kita dianugerahi nikmat kesehatan, kewajiban kita adalah menjaga
tubuh untuk tetap sehat dan bugar agar terhindar dari sakit.
Demikian pula dengan halnya dengan
nikmat iman dan Islam. Kita wajib menjaganya dari “kepunahan”
yang disebabkan pengingkaran, pemurtadan dan lemahnya iman. Untuk
itu, kita harus senantiasa memupuk iman dan Islam kita dengan sholat,
membaca Al-Qur’an, menghadiri majelis-majelis taklim, berdzikir dan
berdoa. Kita pun harus membentengi diri dari perbuatan yang merusak
iman seperti munafik, ingkar dan kemungkaran. Intinya setiap nikmat
yang ALLAH berikan harus dijaga dengan sebaik-baiknya.
ALLAH SWT menjanjikan akan menambah
nikmat jika kita pandai bersyukur, seperti pada firmannya berikut
ini,
La’insyakartum la’aziidannakum wa la’inkafartum ‘inna ‘adzaabii lasyadiid
(Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-KU), sungguh adzab-KU sangat pedih. (QS. Ibrahim: 7)
Kesimpulan
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Betapa banyak kenikmatan yang Allah S.w.t.
anugerahkan kepada kita, maka sudah selayaknya kita senantiasa
bersyukur terhadap kenikmatan yang Allah S.w.t. berikan kepada kita.
2. Syukur terhadap nikmat yang diberikan Allah
S.w.t., akan membuat nikmat itu sendiri bertambah. Sementara
sebaliknya, ingkar/kufur nikmat yang diberikan-Nya, akan membuat diri
kita terkena azab dari-Nya.
3. Tiga cara bersyukur:
a. Bersyukur dengan hati nurani.
b. Bersyukur dengan ucapan.
c. Bersyukur dengan perbuatan.
Penutup
Semoga
artikel ini menambah iman dan takwa kita kepada Allah S.w.t. dengan
senantiasa meningkatkan syukur nikmat kita kepada-Nya, amin.
Read More »
0 comments:
Post a Comment