ARTIKEL
PERMASALAHAN PENGANGGURAN DAMPAK DAN PEMECAHANNYA
1.
Pengertian Pengangguran
Pengangguran
adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat
pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran yang
menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran
masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah pokok makro
ekonomi yang paling utama. Pengangguran juga dapat diartikan sebagai
orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang
sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak
sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa
sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya
yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
Menurut (Sukirno: 14) “pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.”
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Menurut (Sukirno: 14) “pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.”
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Pengangguran
pada suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya. Yang dimaksud dengan
angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu
perkonomian pada suatu waktu tertentu. Untuk menentukan angkatan
kerja diperlukan dua informasi, yaitu (1) jumlah penduduk yang
berusia lebih dari 15 tahun, dan (2) jumlah penduduk yang berusia
lebih dari 15 tahun dan tidak ingin bekerja
2.
Sebab Pengangguran Menurut Jenis-jenisnya.
a
Pengangguran Konjungtur
engangguran
konjungtur atau dalam bahasa inggrisnya dinamakan cliclikal
unemployment adalah pengangguran yang disebabkan oleh
perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian. Pada waktu
kegiatan ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan harus mengurangi
produksinya. Dalam melakukan hal itu berarti jam kerja dikurangi,
sebagaian mesin tidak digunakan lagi dan sebagian tenaga kerja
diberhentikan.dengan demikian kemunduran ekonomi akan menaikkan
jumlah dan tingkat pengangguran. (Sukirno, 1994: 294)
Tenaga
kerja akan terus bertambah sebagai akibat dari kemasukan tenaga kerja
baru yang diakibatkan oleh pertambahan penduduk. Apalagi kemunduran
ekonomi terus berlangsung, atau kegiatan perekonomian mulai
berkembang tetapi perkembangan tersebut sangat lambat dan tidak dapat
menyerap pertambahan tenaga kerja, pengangguran konjungtur akan
bertambah serius. Ini berarti untuk mengatasi pengangguran
konjungtur bukan saja kebijakan ekonomi perlu untuk mengatasi
masalah pengangguran yang diakibatkan oleh kemunduran ekonomi, tetapi
harus pula berusaha untuk menyediakan kesempatan kerja untuk tenaga
kerja yang baru memasuki pasaran tenaga kerja. Pengangguran
konjungtur hanya dapat dikurangi atau diatasi masalahnya apabila
pertumbuhan ekonomi yang berlaku setelah kemunduran ekonomi adalah
cukup teguh dan dapat menyediakan kesempatan kerja baru
yang lebih besar dari pertambahan tenaga kerja yang berlaku.
(Sukirno, 1994: 295)
b Pengangguran Struktural
b Pengangguran Struktural
Pertumbuhan
dan perkembangan ekonomi selalu diikuti oleh perubahan stuktur dan
corak kegiatan ekonomi. Perkembangan perekonomian dalam jangka
panjang, misalnya, akan meningkatkan peranan sektor industri
pengolahan dan mengurangi kegiatan pertambangan dan pertanian. Juga
industri-industri rumah tangga dan industri kecil-kecilan akan
mengalami kemunduran dan digantikan oleh kegiatan industri yang
menghasilkan barang yang sama tetapi menggunakan peralatan yang lebih
canggih. Perubahan struktur dan kegiatan ekonomi sebagai akibat
perkembangan ekonomi dapat menimbulkan masalah pengangguran yang
dinamakan pangangguran konjungtur. (Sukirno, 1994: 295)
Ada dua kemungkinan yang menyebabkan pengangguran struktural: (i) sebagai akibat dari kemerosatan permintaan, atau (ii) sebagai akibat dari semakin canggihnya teknik memproduksi. Faktor yang kedua memungkinkan sesuatu perusahaan menaikkan produksi dan pada waktu yang sama mengurangi pekerja. Pengangguran yang diakibatkan oleh kemajuan teknik memproduksi dinamakan pengangguran teknologi.
Ada dua kemungkinan yang menyebabkan pengangguran struktural: (i) sebagai akibat dari kemerosatan permintaan, atau (ii) sebagai akibat dari semakin canggihnya teknik memproduksi. Faktor yang kedua memungkinkan sesuatu perusahaan menaikkan produksi dan pada waktu yang sama mengurangi pekerja. Pengangguran yang diakibatkan oleh kemajuan teknik memproduksi dinamakan pengangguran teknologi.
Salah
satu contoh dari pengangguran struktural yang diakibatkan oleh
kemerosotan permintaan adalah pengangguran yang berlaku dikalangan
tukang jahit dan tukang sepatu tradisional sebagai akibat dari
perkembangan industri garmen dan sepatu modern. Para konsumen lebih
suka membila baju dan sepatu yang siap pakai, dan tidak lagi memesan
ke tukang jahit dan tukang sepatu. Mereka menghadapi masalah
kekurangan permintaan dan lebih banyak menganggur daripada
bekerja.
Contoh pengangguran yang diakibatkan penggunaan mesin yang lebih canggih, atau pengangguran teknologi, antara lain dapat dilihat di sektor pembangunan jalan raya. Mesin-mesin berat dapat digunakan untuk menyorong dan meratakan tanah, menggali parit, dan membersihkan kawasan. Penggunaan mesin-mesin berat ini akan mengurangi tenaga manusia yang diperlukan dalam pembangunan jalan-jalan raya. Untuk menghindari pengangguran seperti ini, di Indonesia penggunaan mesin-mesin berat untuk membangun jalan raya agak dibatasi. Akan tetapi di Malaysia, yang menghadapi masalah kekurangan buruh yang serius, lebih banyak mesin-mesin berat digunakan untuk menggantikan tenaga manusia.
Contoh pengangguran yang diakibatkan penggunaan mesin yang lebih canggih, atau pengangguran teknologi, antara lain dapat dilihat di sektor pembangunan jalan raya. Mesin-mesin berat dapat digunakan untuk menyorong dan meratakan tanah, menggali parit, dan membersihkan kawasan. Penggunaan mesin-mesin berat ini akan mengurangi tenaga manusia yang diperlukan dalam pembangunan jalan-jalan raya. Untuk menghindari pengangguran seperti ini, di Indonesia penggunaan mesin-mesin berat untuk membangun jalan raya agak dibatasi. Akan tetapi di Malaysia, yang menghadapi masalah kekurangan buruh yang serius, lebih banyak mesin-mesin berat digunakan untuk menggantikan tenaga manusia.
c
Pengangguran Normal
Apabila
dalam periode tertentu perekonomian terus menerus mengalami
perkembangan yang pesat, jumlah dan tingkat pengangguran akan menjadi
semakin rendah. Pada akhirnya perekonomian dapat mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh, yaitu apabila pengangguran tidak
melebihi dari 4 persen. Pengangguran yang berlaku dinamakan
pengangguran normal. (Sukirno, 1994: 296)
Pengangguran normal bukanlah wujud sebagai akibat dari ketidakmampuan mendapat pekerjaan. Ia berlaku sebagai akibat dari keinginan untuk kerja yang lebih baik. Apabila perekonomian mencapai masa kemakmuran dan tingkat pengangguran sangat rendah, para pengusaha akan menghadapi kesulitan untuk memperoleh pekerjaan baru untuk lebih meningkatkan lagi kegiatan memproduksi. Keadaan seperti ini akan menimbulkan beberapa perubahan dalam pasar tenaga buruh. Salah satu keadaan yang akan timbul adalah: para pekerja di kegiatan-kegiatan yang yang cepat berkembang akan menuntut kenaikan gaji. Disamping itu akan didapati pula keadaan dimana segolongan tenaga kerja – buruh kasar maupun tangaga ahli dan tenaga profesional – akan meninggalkan kerjanya yang lama dam mencari pekerjaan yang baru yang lebih baik masa depannya dan memberikan pendapatan yang lebih tinggi. Di dalam proses mencari kerja yang ebih baik tersebut adakalanya mereka harus menganggur. Akan tetapi pengangguran ini tidak serius karena bersifat sementara.
Pengangguran normal bukanlah wujud sebagai akibat dari ketidakmampuan mendapat pekerjaan. Ia berlaku sebagai akibat dari keinginan untuk kerja yang lebih baik. Apabila perekonomian mencapai masa kemakmuran dan tingkat pengangguran sangat rendah, para pengusaha akan menghadapi kesulitan untuk memperoleh pekerjaan baru untuk lebih meningkatkan lagi kegiatan memproduksi. Keadaan seperti ini akan menimbulkan beberapa perubahan dalam pasar tenaga buruh. Salah satu keadaan yang akan timbul adalah: para pekerja di kegiatan-kegiatan yang yang cepat berkembang akan menuntut kenaikan gaji. Disamping itu akan didapati pula keadaan dimana segolongan tenaga kerja – buruh kasar maupun tangaga ahli dan tenaga profesional – akan meninggalkan kerjanya yang lama dam mencari pekerjaan yang baru yang lebih baik masa depannya dan memberikan pendapatan yang lebih tinggi. Di dalam proses mencari kerja yang ebih baik tersebut adakalanya mereka harus menganggur. Akan tetapi pengangguran ini tidak serius karena bersifat sementara.
d
Pengangguran Tersembunyi
Apabila
dalam suatu kegiatan perekonomian jumlah tenaga kerja sangat
berlebihan pengangguran tersembunyi atau pengangguran tak ketara
dapat berlaku. Sebagai akibat dari kelebihan tenaga kerja tersebut,
sebagian tenaga kerja tersebut dapat dipindahkan ke kegiatan ekonomi
yang lain tanpa mengurangi tingkat produksi di kegiatan yang pertama.
Kelebihan tenaga kerja dan pengangguran tersembunyi di sektor
pertanian banyak berlaku di negara-negara berkembang. Jumlah penduduk
yang terlalu besar, dan diikuti pula oleh perkembangan penduduk yang
sudah sangat cepat, menyebabkan rasio (perbandingan) diantara
kesempatan kerja dengan tenaga kerja di negara-negara tersebut tidak
sebanding. Kesulitan untuk mencari kerja di sektor lain menyebabkan
tenaga kerja yang bertambah dari tahun ke tahun tetap tinggal di
sektor pertanian yang sudah sangat padat penduduknya. Tenaga kerja
yang bertambah tersebut tidak dapat menimbulkan pertambahan yang
berarti kepada tingkat produksi di sektor pertanian. Dengan demikian
sebagian dari tenaga kerja yang berada di sektor pertanian adalah
tidak produktif dan dapat dipindahkan ke sektor lain tanpa mengurangi
produksi di sektor pertanian.
e Pengangguran Musiman
e Pengangguran Musiman
Bentuk
pengangguran lain yang sering kali wujud di sektor pertanian di
negara-negara berkembang adalah pengangguran musiman. Yang dimaksud
dengan pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada
waktu-waktu tertentu di dalam satu tahun. Biasanya pengangguran
seperti ini berlaku pada waktu-waktu di mana kegiatan bercocok tanam
sedang kesibukannya. Waktu diantara menuai dan masa menanam
berikutnya, dan periode di antara sesudah menanam bibit dan masa
mengutip hasilnya, adalah masa yang kurang sibuk dalam kegiatan
pertanian. Di dalam periode tersebut banyak diantara para petani dan
tenaga kerja di sektor pertanian tidak melakukan suatu pekerjaan.
Berarti mereka sedang dalam keadaan menganggur. Tetapi pengangguran
ini adalah untuk sementara saja, dan berlaku dalam waktu-waktu
tertentu. Oleh sebab itu dinamakan pengangguran musiman.
f Setengah Menganggur
f Setengah Menganggur
Kelebihan
penduduk di negara-negara berkembang, yang disertai oleh pertambahan
penduduknya yang cepat dari tahun ke tahun, telah menimbulkan
percepatan dalam proses urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke
kota). Salah satu tujuan utama dari migrasi tersebut adalah untuk
mencari pekerjaan di kota-kota. Tetapi migrasi itu jauh lebih
cepat dari kemampuan kota-kota negara berkembang untuk menyediakan
pekerjaan-pekerjaan baru. Sebagai akibatnya, tidak semua orang yang
berhijrah ke kota-kota dapat memperoleh pekeraan. Banyak diantara
mereka harus menganggur dalam waktu yang lama. Disamping itu ada pula
yang dapat pekerjaan, tetapi jam kerjanya setiap hari/minggu adalah
jauh lebih rendah dari jumlah jam kerja yang seharusnya dilakukan
seseorang daam masa tersebut (7 jam sehari atau 40 jam seminggu).
Tenaga kerja yang bekerja dalam jumlah jam kerja yang terbatas tidak
bisa dianggap sebagai sepenuhnya bekerja. Oleh sebab itu mereka
digolongkan sebagai setengah menganggur atau under employmen.
Masalah pengangguran ini banyak dijumpai di sektor informal.
(Sukirno, 1994: 300)
g
Pengangguran Sukarela dan Taksukarela
Telah
diterangkan bahwa tidak semua penduduk yang berada di dalam
lingkungan umur bekerja tergolong sebagai angkatan kerja. Mahasiswa
dan pelajar dan ibu-ibu rumah tangga tidak digolongkan dalam angkatan
kerja walaupun berdasarkan umur, mereka dapat digolongkan sebagai
angkatan kerja. Golongan penduduk ini dinamakan pengangguran
sukarela. Dalam teory ekonomi pengangguran sukarela dapat
didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja yang tidak mencari
pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu. Apabila pada suatu
tingkat upah tertentu tenaga kerja secara aktif mencari kerja, tetapi
mereka tidak dapat memperoleh kerja, tetapi kerja ini digolongkan
sebagai pengangguran taksukarela (involontary unemployment) atau
pengangguran terpaksa. Perbedaan diantara pengangguran sukarela dan
taksukarela dapat dengan jelas dipahami apabila ke dua-duanya
ditunjukkan dalan suatu grfik.
Dalam
gambar ini kurva DL menggambarkan permintaan keatas tenaga kerja,
sedangkan SL menggambarkan penawaran tenaga kerja. Kurva DL yang
menurun dari kiri atas ke kanan bawah menggambarkan bahwa apabila
tungkat upah tinggi, permintaan tenaga kerja sedikit; dan semakin
rendah tingkat upah, semakin banyak permintaan tenaga kerja. Kurva SL
yang menarik dari kanan bawah kekiri atas menggambarkan bahwa semakin
tinggi upah, semakin banyak tenaga kerja yang ditawarkan. Garis tegak
N menggambarkan jumlah penduduk yang tergolong kepada penduduk dalamm
usia kerja (working-age population), yaitu penduduk yang usia lebih
dari 15 tahun tetapi kurang dari 65 tahun.
Apabila
tingkat upah fleksibel, mekanime pasar di pasaran tenaga kerja akan
menyebabkan keseimbangan diantara permintaan dan penawaran, yaitu
seperti yang digambarkan oleh titik E. dengan demikian mekanisme
pasar di pasaran tenaga kerja akan menyebabkan tingkat upah mencapai
WO dan jumlah tenaga kerja yang dikerjakan mencapai sebanyak LO.
Perbedaan diantara N dengan LO dinamakan pengangguran sukarela. Dalam
keseimbangan ini tidak terdapat pengangguran taksukarela.
Ahli-ahli ekonomi klasik berpendapat pasaran tenaga kerja adalah pasaran persaingan sempurna. Dalam pasaran seperti ini tingkat upah ditentukan oleh keadaan permeintaan dan penawaran tenaga kerja. Upah akan ditentukan oleh keseimbangan diantara permintaan dan penawaran. Dengan demikian, berdasarkan pada gambar di atas tingkat upah adalah WO dan sebanyak LO tenaga kerja akan digunakan dalam perekonomian. Dalam perekonomian hanya terdapat pengangguran sukarela, pengangguran taksukarela tidak terwujud. Dengan perkataan lain berdasarkan kepada keyakinaan bahwa pasaran tenaga kerja adalah pasaran peraingan sempurna, ahli-ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa tingkat penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu wujud dalam erekonomian. (Sukirno, 1994: 302)
Keynes berpendapat bahwa pasaran tenaga kerja bukanlah persaingan sempurna. Dalam perekonomian yang modern, serikat-serikat buruh sangat besar peranannya dalam menentukan tingkat upah. Misalkan interaksi diantara serikat buruh dan majikan menentukan tingkat upah dalam perekonomian pada W. Pada tingkat upah ini para majikan hanya menggunakan L1 tenaga kerja. Pada tingkat upah ini sebanyak L2 menawarkan dirinya untuk dipekerjakan. Dengan demikan L1 L2 tenaga kerja menawarka diri untuk bekerja, tetapi mereka tidak mendapatkan lowongan kerja. Golongan tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan ini (L1 L2) dinamakan pengangguran taksukarela. Pengangguran sukarela pada tingkat upah sebanyak W adalah L2N. (Sukirno, 1994: 302)
Ahli-ahli ekonomi klasik berpendapat pasaran tenaga kerja adalah pasaran persaingan sempurna. Dalam pasaran seperti ini tingkat upah ditentukan oleh keadaan permeintaan dan penawaran tenaga kerja. Upah akan ditentukan oleh keseimbangan diantara permintaan dan penawaran. Dengan demikian, berdasarkan pada gambar di atas tingkat upah adalah WO dan sebanyak LO tenaga kerja akan digunakan dalam perekonomian. Dalam perekonomian hanya terdapat pengangguran sukarela, pengangguran taksukarela tidak terwujud. Dengan perkataan lain berdasarkan kepada keyakinaan bahwa pasaran tenaga kerja adalah pasaran peraingan sempurna, ahli-ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa tingkat penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu wujud dalam erekonomian. (Sukirno, 1994: 302)
Keynes berpendapat bahwa pasaran tenaga kerja bukanlah persaingan sempurna. Dalam perekonomian yang modern, serikat-serikat buruh sangat besar peranannya dalam menentukan tingkat upah. Misalkan interaksi diantara serikat buruh dan majikan menentukan tingkat upah dalam perekonomian pada W. Pada tingkat upah ini para majikan hanya menggunakan L1 tenaga kerja. Pada tingkat upah ini sebanyak L2 menawarkan dirinya untuk dipekerjakan. Dengan demikan L1 L2 tenaga kerja menawarka diri untuk bekerja, tetapi mereka tidak mendapatkan lowongan kerja. Golongan tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan ini (L1 L2) dinamakan pengangguran taksukarela. Pengangguran sukarela pada tingkat upah sebanyak W adalah L2N. (Sukirno, 1994: 302)
3.
Dampak dari Pengangguran
a
Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak memasimumkan tingkat
kemakmuran yang mungkin dicapainya. Pengangguran menyebabkan
pendapatan nasional yang sebenarnya dicapai adalah lebih rendah dari
pendapatan nasional potensial. Keadaan ini berarti tingkat kemakmuran
masyarakat yang dicapai adalah lebih rendah dari tingkat yang mungkin
dicapinya.
b
Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang.
Pengangguran diakibatkan oleh tingkat kegiatan ekonomi yang rendah,
dan dalam kegiatan ekonomi yang rendah pendapatan pajak pemerintah
semakin sedikit. Dengan demikian pengangguran yang tinggi mengurangi
kemampuan pemerintah menjalankan kegiatan pembangunan.
c
Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Pengangguran
menimbulkan dua akibat buruk kepada sektor swasta. Yang pertama,
pengangguran tenaga buruh diikuti pula dengan kelebihan kapasitas
mesin-mesin perusahaan. Keadaan ini tidak menggalakkan mereka
melakukan investasi di masa datang. Kedua, pengangguran yang
diakibatkan kelesuan kegitan perusahaan menyebabkan keuntungan
berkurang. Keuntungan yang rendah mengurangi keinginan untuk
melakukan investasi. Kedua-dua hal tersebut tidak menggalakkan
perekonomian di masa depan.
d
Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan pendapatan
bagi masyarakat. Di negara-negara maju para penganggur memperoleh
tunjangan (bantuan keuangan) dari badan asuransi pengangguran, oleh
sebab itu mereka masih mempunyai pendapatan untuk membiayai
kehidupannya dan keluarganya. Mereka tidak perlu bergantung kepada
tabungan mereka atau bantuan orang lain. Di negara-negara berkembang
tidak terdapat progam asuransi pengangguran. Maka kehidupan
pengangguran harus dibiayai oleh tabungan masa lalu atau bantuan
keluarga dan kawan-kawan. Keadaan ini bisa mengakibatkan pertengkaran
dan kehidupan keluarga yang tidak harmonis.
e Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan ketrampilan. Ketrampilan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya dapat dipertahanlan apabila ketrampilan tersebut digunakan dalam praktek. Pengangguran dalam periode yang lama akan menyebabkan tingkat ketrampilan pekerja menjadi semakin merosot.
e Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan ketrampilan. Ketrampilan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya dapat dipertahanlan apabila ketrampilan tersebut digunakan dalam praktek. Pengangguran dalam periode yang lama akan menyebabkan tingkat ketrampilan pekerja menjadi semakin merosot.
f
Pengangguran dapat menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat
menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah. Golongan
yang memerintah semakin tidak populer di mata masyarakat. Berbagai
tuntutan dan kritik akan dilontarkan kepada pemerintah dan adakalanya
ia disertai oleh demonstrasi dan huru hara. Kegiatan-kegiatan
bersifat kriminal (pencurian dan perampokan) akan meningkat.
4.
Solusi Untuk Mengatasi Pengangguran
a
Mengadakan pelatihan kerja di balai latihan kerja (BLK).
Kita
tahu bahwa untuk mendukung perkembangan investasi di bidang industri
diperlukan tenaga kerja yang kompeten dibidangnya agar produktifitas
perusahaan menjadi meningkat. Namun demikian terkadang perusahaan
dihadapkan pada ketimpangan antara skill yang dimiliki oleh karyawan
dengan skill yang dibutuhkan oleh perusahaan. selain itu, penggunaan
teknologi juga memungkinkan terjadinya efisiensi penggunaan tenaga
kerja karena tenaga manusia digantikan dengan mesin. dampaknya
terjadi out shourching, sehingga terjadi pengangguran yang sangat
besar. Dikatakan pengangguran yang terjadi sangat besar karena
pengangguran selain karena adanya program out shourching juga karena
adanya lulusan baru dari tiap jenjang pendidikan mulai dari tingkat
SD sampat perguruan tinggi.
Dari
sekitar 10,6 juta orang penganggur, 31,75 persen diantaranya
berpendidikan sampai dengan tamat sekolah dasar (SD), kemudian 26,75
persen tamat sekolah lanjutan pertama (SLTP), 36,44 persen tamat
sekolah lanjutan atas (SLA), 2,68 persen tamat Diploma, dan 3,38
persen tamat sarjana.
Dari data tersebut diketahui bahwa mayoritas tenaga kerja Indonesia berpendidikan SD, maka untuk meningkatkan produktivitas perlu diupayakan peningkatan kompetensinya melalui pelatihan kerja di Balai Latihan Kerja (BLK) yang ada, oleh karena itu revitalisasi BLK di seluruh Indonesia perlu dilakukan.
Timbulnya masalah baru di bidang ketenagakerjaan di era global sangat mungkin terjadi. Untuk itu diperlukan strategi pembinaan ketenagakerjaan menyangkut upaya peningkatan penempatan dan perlindungan tenaga kerja, yang sudah disusun untuk mengatasi berbagai permasalahan ketenagakerjaan yang ada serta dalam rangka mengantisipasi berbagai hal kemungkinan terburuk yang terjadi .
alternatif penyelesaian masalah pengangguran diatas selain pelatihan keterampilan di BLK adalah dengan memberikan ruang gerak yang lebih kepada sektor non-publik untuk ikut berpartisipasi aktif dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat secara proporsional, dengan memberikan program padat karya, bantuan pendirian UKM/UMKM.
Dari data tersebut diketahui bahwa mayoritas tenaga kerja Indonesia berpendidikan SD, maka untuk meningkatkan produktivitas perlu diupayakan peningkatan kompetensinya melalui pelatihan kerja di Balai Latihan Kerja (BLK) yang ada, oleh karena itu revitalisasi BLK di seluruh Indonesia perlu dilakukan.
Timbulnya masalah baru di bidang ketenagakerjaan di era global sangat mungkin terjadi. Untuk itu diperlukan strategi pembinaan ketenagakerjaan menyangkut upaya peningkatan penempatan dan perlindungan tenaga kerja, yang sudah disusun untuk mengatasi berbagai permasalahan ketenagakerjaan yang ada serta dalam rangka mengantisipasi berbagai hal kemungkinan terburuk yang terjadi .
alternatif penyelesaian masalah pengangguran diatas selain pelatihan keterampilan di BLK adalah dengan memberikan ruang gerak yang lebih kepada sektor non-publik untuk ikut berpartisipasi aktif dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat secara proporsional, dengan memberikan program padat karya, bantuan pendirian UKM/UMKM.
Aplikasinya
sebaiknya pemerintah bekerjasama dengan pihak Bank untuk memberikan
kredit lunak kepada sektor UKM/UMKM. Dengan cara kredit lunak bagi
sektor UMKM. dengan demikian agkatan kerja selain terserap pada
sektor formal, juga terserap pada sektor UKM/UMKM sehigga
diharapkan angka pengangguran di indonesia akan terus berkurang.
b
Solusi untuk mengatasi pengangguran structural.
Untuk
mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
1.
Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
2.
Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang
kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan.
3.
Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan
(lowongan) kerja yang kosong, dan
4.
Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami
pengangguran.
c Solusi untuk mengatasi pengangguran friksional.
c Solusi untuk mengatasi pengangguran friksional.
Untuk
mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan
cara-cara sbb:
1.
Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri
baru, terutama yang bersifat padat karya.
2.
Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk
merangsang timbulnya investasi baru.
3. Menggalakkan pengembangan sector Informal, seperti home industry
3. Menggalakkan pengembangan sector Informal, seperti home industry
4.
Menggalakkan program transmigrasi untuk me-nyerap tenaga kerja di
sector agraris dan sector formal lainnya.
5.
Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan
jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa
menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang
investasi baru dari kalangan swasta.
d
Solusi untuk mengatasi pengangguran musiman.
Jenis
pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
1.
Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor
lain, dan
2.
Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan
waktu ketika menunggu musim tertentu.
e
Solusi untuk mengatasi pengangguran siklus.
Untuk
mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
1.
Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
2.
Meningkatkan daya beli masyarakat.
Read More »
0 comments:
Post a Comment