ASAL
– USUL KEHIDUPAN
SUNAN
GUNUNG JATI DI CIREBON
KARYA
TULIS
Diajukan
untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia
Madrasah
Aliyah Negeri (MAN)
Babakan
Lebaksiu Tegal
Tahun
Pelajaran 2012 / 2013
Disusun
Oleh :
EDI
ASPIYA
SAHRUL
IZAZI
A.
SAEFULLAH
ROY
ZAENAL W
M.
JAZERI
PANDHU
AQIL M.
MADRASAH
ALIYAH NEGERI (MAN)
BABAKAN
LEBAKSIU TEGAL
TAHUN
PELAJARAN 2012 / 2013
SURAT
PEMBIMBING
Babakan,
Februari 2013
Nomor :
Lampiran : -
Hal : Pengesahan Karya Tulis
Kepada
Yth. Bapak Kepala MAN Babakan
Lebaksiu – Tegal
Assalamualaikum
Wr.Wb
Setelah kami melaksanakan
kunjungan study yaitu ke Makam Sunan Gunung Jati Cirebon , maka
dengan ini kami membuat Laporan perjalanan sebagai hasil kunjungan
tersebut, yang ini beranggotakan :
EDI
ASPIYA NIS :
SAHRUL
IZAZI NIS :
A.
SAEFULLAH NIS :
ROY
ZAENAL W NIS :
M.
JAZERI NIS :
PANDHU
AQIL M. NIS :
Profil : IPS
Judul : Asal
– Usul Kehidupan Sunan Gunung Jati Cirebon
Dengan ini kami mohon agar laporan
di atas dapat diterima demi kelengkapan tugas pelajaran Bahasa
Indonesia tahun pelajaran 2012/2013 Di Madrasah Aliyah Negeri ( M A
N ) Babakan Lebaksiu Tegal.
Demikian permohonan kami atas
perhatian Bapak kami ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum
Wr.Wb
Pembimbing
Awalina
Zulfah ,Sag
NIP.
197611222007102001
PENGESAHAN
Berdasarkan surat pembimbing
sehubungan dengan karya tulis ananda :
Nama :
EDI
ASPIYA NIS :
SAHRUL
IZAZI NIS :
A.
SAEFULLAH NIS :
ROY
ZAENAL W NIS :
M.
JAZERI NIS :
PANDHU
AQIL M. NIS :
Profil : IPS
Judul : Asal
– Usul Kehidupan Sunan Gunung Jati Cirebon
Maka saya ,Kepala Madrasah Aliyah
Negeri Babakan Lebaksiu Tegal mengesahkan dan menerima karya tulis
ini untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia di MAN Babakan Lebaksiu
Tegal Tahun Pelajaran 2011/2012.i
Babakan,
Februari 2013
Kepala
MAN Babakan Lebaksiu Tegal
Drs.
H. Kamaluddin
MM
NIP.
196012021985031003
MOTTOii
(إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (الحجرات
: 13
Artinya
:
"Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal"
(QS. An
Nisaa’ [4]: 59) يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي
الأمْرِ مِنْكُمْ
Artinya
:
“Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan ulil
amri di
antara kalangan kalian”.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا
قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ
“Jadilah
kamu orang yang benar-benar penegak keadilan”
PERSEMBAHANv
Karya Tulis ini kami persembahkan
untuk :
Kedua Orang tua yang telah
memberi motivasi dan dukungan
Bapak Kepala MAN Babakan Lebaksiu
Tegal
Dewan guru MAN Babakan Lebaksiu
Tegal
Bapak dan Ibu duru pembimbing
karya tulis ini yang telah memberikan pengarahan dan bimibngan
kepada penulis .
Siswa – siswi MAN Babakan
Lebaksiu Tegal
Semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan karya tulis ini .
KATA PENGANTAR
الحمد
لله الذي أوضح الطريق للطالبين وسهل منهج
السعادة للمتقين وبصر بصائر المصدقين
بسائر الحكم والأحكام في الدين ومنحهم
أسرار الإيمان وأنوار الإحسان واليقين
وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له
الملك الحق المبين وأشهد أن سيدنا محمدا
عبده ورسوله الصادق الوعد الأمين القائل
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين صلى
الله عليه وعلى آله وأصحابه والتابعين
لهم بإحسان إلى يوم الدين
Segala
puji dan syukur kami panjatkan hanya pada Allah SWT sebagai pencipta
dan pemelihara alam semesta beserta isinya. Shalawat serta salam
tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya yang terakhir,
yang telah membawa umatnya pada realisasi kehidupan yang benar
menurut Al-Quran dan Al-Sunnah.
Berkat
rahmat dan karunianya, serta di dorong kemauan yang keras disertai
kemampuan yang ada, akhirnya kami dapat menyelesaikan Karya tulis ini
yang membahas tentang ”ASAL
– USUL KEHIDUPAN SUNAN GUNUNG JATI CIREBON”
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu baik secara umum , moril maupun material
dalam penyusunan karya tulis ini yaitu kepada :
Bapak
Drs. H. Kamaluddin ,MM selaku kepala MAN Babakan Lebaksiu Tegal .
Bapak
Drs. Nuryanto selaku wakil kepala MAN Babakan Lebaksiu Tegal .
Awalina
Zulfah S.Ag selaku pembimbing Karya tulis ini yang telah memberikan
pengarahan dan motivasi yang berguna bagi penulis .
Bapak
dan Ibu guru yang telah mendidik dan serta menyampaikan ilmunya
kepada penulis .
Semua
pihak yang telah turut membantu dalam penulisan Karya tulis ini .
Penulis
menyadari bahwa dalam menyusun Karya tulis ini masih banyak
kekurangan .Untuk itu penulis minta kritik dan saran yang membangun
demi sempurnanya penyusunan Karya tulis ini .
Mudah
– mudahan Karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya .
Babakan , Februari 2013
Penulis
DAFTAR
ISIi
HALAMAN
SURAT
PEMBIMBING...............................................................i
HALAMAN
PENGESAHAN............................................................................ii
HALAMAN
MOTTO.......................................................................................iii
HALAMAN
PERSEMBAHAN.......................................................................iv
HALAMAN
KATA
PENGANTAR...................................................................v
HALAMAN
DAFTAR ISI
................................................................................vi
BAB
I
PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 LATAR
BELAKANG...............................................................1
1.2 TUJUAN
PENULISAN............................................................1
1.3 METODE
PENULISAN...........................................................1
1.4 SISTEMATIKA
PENYAJIAN..................................................2
BAB
II KISAH WALI
SONGO.........................................................................3
2.1 PENGERTIAN WALI
SONGO.....................................................3
2.2 TOKOH – TOKOH WALI
SONGO..............................................4
BAB
III ASAL USUL KEHIDUPAN SUNAN GUNUNG JATI.......................6
3.1. GUNUNG
JATI SEBAGAI PANGGURON ISLAM..................6
3.2 ORANG
TUA...............................................................................7
3.3
SILSILAH....................................................................................8
3.4 SILSILAH DARI RAJA
PAJAJARAN....................................... 8
3.5 PERJALANAN
HIDUP................................................................9
3.6. PERTAMANAN
GUNUNG SEMBUNG...................................11
3.7. SUNAN
GUNUNG JATI BUKAN FATAHILLAH....................12
3.8. RAJA
GALUH............................................................................13
3.9. WAFAT
SUNAN GUNUNG JATI...............................................14
BAB
IV
PENUTUP............................................................................................15
4.1 KESIMPULAN..........................................................................15
4.2 SARAN......................................................................................15
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................16
DAFTAR RIWAYAT
HIDUP...............................................................................17
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Penulis
memilih judul “SEJARAH SUNAN GUNUNG JATI CIREBON” karena beliau
adalah salah satu sembilan orang penyebar islam di pulau jawa yang di
kenal dengan sebutan walisongo, pada karya ttulis ini akan
menjelaskan bagaimana asal-usul beliau dan proses perkembangan agama
islam di Jawa.
Kehidupan beliaau di samping
pemimpin spiritual, sufi, mubaligh dan da’i pada zamannya juga
pemimpin rakyat, beliau menjadi Raja (Sultan) di Cirebon. Bahkan
sebagai sultan pertama kesultanan Cirebon yang semula bernama
kesultanan pakung wait.
1.2 TUJUAN
PENULISAN
Dalam
penyusunan karya tulis ini, penulis berharap dapat mencapai tujuan
yang semoga dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang
lain. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Sebagai
tanggung jawab
memenuhi tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
2. Untuk
mengetahui sejarah singkat mengenai Sultan Gunung Jati.
3. Untuk
lebih lengkap proses perkembangan Islam di Pulau Jawa.
4. Agar
terbiasa bekerja secara sistematis
1.3 METODE
PENULISAN
Karya
tulis ini merupakan pengumpulan data-data yang terkait dengan Sunan
Gunung Jati. Adapun metode yang di gunakan dalam penyusunan karya
tulis ini adalah sebagai berikut :
a. Metode
Observasi
Yaitu penulis
mengadakan kegiatan secara langsung dalam lokasi yang di teliti.
b. Kepustakaan
Merupakan tehnik
pengumpulan data, pengolahan data dengan membaca buku-buku.
1.4 SISTEMATIKA
PENYAJIAN
Untuk
lebih jelasnya dan mendapatkan gambaran mengenai isi karya tulis ini,
maka penulis menggunakan sistematika penulisan dengan maksud agar
para pembaca isi karya tulis ini secara garis besar.
Adapun
sistematika penulisan antara lain :
BAB
I PENDAHULUAN
BAB II KISAH WALI SONGO
BAB III ASAL USUL KEHIDUPAN SUNAN GUNUNG JATI
BAB
IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB II
KISAH WALI SONGO
2.1 PENGERTIAN WALI SONGO
Walisongo
berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik
Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan
Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka
tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain
mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam
hubungan guru-murid
Maulana
Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim.
Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga
sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan
Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang.
Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga.
Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana
Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka
tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan
abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di
Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa
Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu
masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban
baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan
kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Pesantren
Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting
di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah
timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama,
namun juga
Pemimpin
pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator
karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan
Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.
Era
Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya
Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah
simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak
tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar
dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap
kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung,
membuat “sembilan wali” ini lebih banyak disebut dibanding yang
lain.Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam
penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan
diri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri
yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga
Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa
yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha.
2.2
TOKOH – TOKOH WALI SONGO
1) Maulana
Malik Ibrahim
Maulana
Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir
di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi
versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah
Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi.Maulana
Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian
rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana
Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan
Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama
Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand.
Maulana Jumadil Kubro diyakni sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina
Husein, cucu Nabi Muhammad saw.
2) Sunan Ampel
Ia
putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan
Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden
Rahmat. Ia lahir di Campa pada
1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat
dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah
yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang)
3) Sunan Giri
Ia
memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin.Sunan
Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang
menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa
kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya–seorang putri
raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian
dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi
Meinsma).Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana
Malik Ibrahim. Maulana
Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang
mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya
berkelana hingga ke Samudra Pasai.
4) Sunan
Bonang
Ia
anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama
kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir
diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila,
puteri seorang adipati di Tuban
5) Sunan Kalijaga
Dialah
“wali” yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia
lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta,
Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit,
Ronggolawe.Masa itu, Arya
Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam
6) Sunan Gunung Jati
Banyak
kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati.
Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual
seperti Isra’ Mi’raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi
Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah
Klayan hal.xxii).
7) Sunan Drajat
Nama
kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia
bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang
bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M. Sunan Drajat
mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir
Gresik, melalui laut.
8) Sunan Kudus
Nama
kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah
(adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan
Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana
hingga di Jawa.
9) Sunan Muria
Ia
putra Dewi Saroh –adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh
Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden
Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng
Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus
BAB
III
ASAL
USUL KEHIDUPAN SUNAN GUNUNG JATI
3.1. GUNUNG
JATI SEBAGAI PANGGURON ISLAM
Pada
abad ke XV agama islam sudah berkembang di pulau Jawa, terutama di
Jawa Timur, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren bagi siapa saja
yang berminat mempelajari agama Islam, sebagian besar dari
daerah-daerah sekitarnya dan hanya sedikit dari mereka asal jawa
barat pada masa itu di bawah kekuasaan kerajaan pajajaran, sedangkan
Gunung jati merupakan wilayah negri / daerah singapura (celancang).
Bawahan pajajaran. Karena letaknya di tepi pelabuhan Muara Jati, maka
banyaklah pedagang-pedagang asing yang datang kesitu, baik pedagag
cina, arab, pedagang Gujarat/pantai barat India. Selain sebagai
pedagang mereka juga sebagai Mubaligh yang sengaja membawa ajaran
Islam keseluruh penjuru dunia, khususnya Asia Tenggara.
Sekitar
pada tahun 1420 M datanglah seerombongan pedagang dari Bagdad yang di
pimpin oleh Syekh Idzofi Mahdi memohon agar di perkenankan menetap di
perkampungan sekitar Muara jati dengan alasan untuk memperlancar
dagangnya, oleh ki surawijaya rombongan syekh Idzofi itu di izinkan
tinggal dikampung pasambangan dimana terdapat Gunung jati. Sejak
itulah neliau memulai kegiatan berdakwah mengajak penduduk serta
teman-teman dekatnya. Itulah awal mula Gunung jati sebagi pangguron
Islam. Dengan caranya yang bijaksana dan penuh hikmah dalam
menyampaikan dan mengajak orang masuk islam, maka, dalam waktu yang
singkat pangguron Islam Gunung Jatii sudah di dengar sampai ke pusat
kerajaan pajajaran.
Demikian
karena Syekh Idlofi kedatangan tamu yaitu RADEN WALANG SUNGSANG dan
adiknya RATU RARASANTANG serta istrinya NYI ENDANG GEULIS yang
bermaksud ingin mempelajari agama islam. Kedua saudara tersebut
adalah putra-putri raja pajajaran R. PANIANARASA yang bergelar PRABU
SILIWANGI dari perkawinannya dengan NYI MAS SUBANG LARANG putri KI
JUMAJAN JATI yang pada waktu itu sedang belajar di pangguran islam
SYEKH QURO’ Krawang, jadi keduanya sebagai cucu shahbandan
pelabuhan muara jati, karena prabu Siliwangi kembali ke agama Budha
setelah Nyi Subang larang meninggal dunia, sedangkan kedua
putra-putrinya sudah di didik dan di beri petunjuk oleh mendiang
ibunya.
Satu
kebiasaan yang di lakukan syekh Idlofi di luar waktu dakwah dan di
perhatikan oleh santri-santrinya ialah tafakkur menyendiri di suatu
tempat seperti gua di puncak gunung jati. Karena itulah para santri
memanggilnya dengan nama “SYEKH DZATUL KAHFI” artinya sesepuh
yang mendiami gua, sedang masyarakat kampung pasambangan menyebutnya
SYEKH NUR JATI artinya sesepuh yang menyiarkan gunung jati. Sedang
santri yang meninggalkan pangguron mengatakan “SETTANA” artinya
pegang teguhkan semua ajaran yang di dapat dari pangguron Gunung
Jati. Namun pada akhirnya penduduk Jawa Barat yang sebagian besar
berbahasa sunda, sebutan SETANA di ganti ASTANA artinya kuburan
karena di gunakan untuk pemakaman, terutama Syekh Dzatul Kahfi
sendiri.
Sunan
Gunung Jati bernama Syarif
Hidayatullah, lahir sekitar tahun 1450.
Ayahnya adalah Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar,
seorang Mubaligh dan Musafir besar dari Gujarat, India yang
sangat dikenal sebagai Syekh
Maulana Akbar bagi
kaum Sufi di tanah air. Syekh Maulana Akbar adalah putra Ahmad Jalal
Syah putra Abdullah Khan putra Abdul Malik putra Alwi putra Syekh
Muhammad Shahib Mirbath,
ulama besar di Hadramaut, Yaman yang
silsilahnya sampai kepada Rasulullah melalui
cucunya Imam
Husain.
Ibu
Sunan Gunung Jati adalah Nyai
Rara Santang (Syarifah
Muda'im) yaitu putri dari Sri Baduga Maharaja Prabu
Siliwangi dari Nyai
Subang Larang, dan merupakan adik dari Kian Santang dan Pangeran
Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana / Cakrabumi atau Mbah Kuwu
Cirebon Girang yang berguru kepada Syekh
Datuk Kahfi, seorang
Muballigh asal Baghdad bernama
asli Idhafi
Mahdi bin Ahmad. Ia
dimakamkan bersebelahan dengan putranya yaitu Sunan Gunung Jati di
Komplek Astana Gunung Sembung ( Cirebon )
Pertemuan
Rara Santang dengan Syarif Abdullah cucu Syekh Maulana Akbar masih
diperselisihkan. Sebagian riwayat (lebih tepatnya mitos) menyebutkan
bertemu pertama kali di Mesir,
tapi analisis yang lebih kuat atas dasar perkembangan Islam di
pesisir ketika itu, pertemuan mereka di tempat-tempat pengajian
seperti yang di Majelis
Syekh Quro, Karawang
(tempat belajar Nyai Subang Larang ibu dari Rara Santang) atau
di Majelis
Syekh Datuk Kahfi,
Cirebon (tempat belajar Kian Santang dan Pangeran Walangsungsang,
kakanda dari Rara Santang).
Syarif
Abdullah cucu Syekh Maulana Akbar, sangat mungkin terlibat aktif
membantu pengajian di majelis-majelis itu mengingat ayah dan kakeknua
datang ke Nusantara sengaja untuk menyokong perkembangan agama Islam
yang telah dirintis oleh para pendahulu.
Pernikahan
Rara Santang putri dari Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang dengan
Abdullah cucu Syekh Maulana Akbar melahirkan seorang putra yang
diberi nama Raden Syarif Hidayatullah.
.Sunan
Gunung Jati @ Syarif Hidayatullah Al-Khan bin
.Sayyid
'Umadtuddin Abdullah Al-Khan bin
.Sayyid
'Ali Nuruddin Al-Khan @ 'Ali Nurul 'Alam bin
.Sayyid
Ahmad Shah Jalal @ Ahmad Jalaludin Al-Khan bin
.Sayyid
Abdullah Al-'Azhomatu Khan bin
.Sayyid
Amir 'Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad,India) bin
.Sayyid
Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
.Sayyid
Ali Kholi' Qosim bin
.Sayyid
Alawi Ats-Tsani bin
.Sayyid
Muhammad Sohibus Saumi'ah bin
.Sayyid
Alawi Awwal bin
.Sayyid
Al-Imam 'Ubaidillah bin
.Sayyid
'Isa Naqib Ar-Rumi bin
.Sayyid
Muhammad An-Naqib bin
.Sayyid
Al-Imam Ali Uradhi bin
.Sayyidina
Ja'far As-Sodiq bin
.Sayyidina
Muhammad Al Baqir bin
.Sayyidina
'Ali Zainal 'Abidin bin
.Al-Imam
Sayyidina Hussain
.Al-Husain
putera Ali bin Abu Tholib dan Fatimah Az-Zahra binti Muhammad
3.4 SILSILAH DARI RAJA PAJAJARAN
.Sunan
Gunung Jati @ Syarif Hidayatullah
.Rara
Santang (Syarifah Muda'im)
.Prabu
Jaya Dewata @ Raden Pamanah Rasa @ Prabu Siliwangi II
.Prabu
Dewa Niskala (Raja Galuh/Kawali)
.Niskala
Wastu Kancana @ Prabu Siliwangi I
.Prabu
Linggabuana @ Prabu Wangi (Raja yang tewas di Bubat)
Raden
Syarif Hidayatullah mewarisi kecendrungan spiritual dari kakek
buyutnya Syekh Maulana Akbar sehingga ketika telah selesai belajar
agama di pesantren Syekh Datuk Kahfi ia meneruskan ke Timur Tengah.
Tempat mana saja yang dikunjungi masih diperselisihkan, kecuali
(mungkin) Mekah dan Madinah karena
ke 2 tempat itu wajib dikunjungi sebagai bagian dari
ibadah haji untuk
umat Islam.
Babad
Cirebon menyebutkan ketika Pangeran Cakrabuwana membangun kota
Cirebon dan tidak mempunyai pewaris, maka sepulang dari Timur Tengah
Raden Syarif Hidayatullah mengambil peranan mambangun
kota Cirebon dan
menjadi pemimpin perkampungan Muslim yang baru dibentuk itu setelah
Uwaknya wafat.
Memasuki
usia dewasa sekitar di antara tahun 1470-1480, ia menikahi adik dari
Bupati Banten ketika itu bernama Nyai
Kawunganten. Dari
pernikahan ini, ia mendapatkan seorang putri yaitu Ratu
Wulung Ayu dan Maulana
Hasanuddinyang kelak
menjadi Sultan Banten I.
Masa
ini kurang banyak diteliti para sejarawan hingga tiba masa
pendirian Kesultanan
Demak tahun 1487
yang mana ia memberikan andil karena sebagai anggota dari Dewan
Muballigh yang sekarang kita kenal dengan namaWalisongo.
Pada masa ini, ia berusia sekitar 37 tahun kurang lebih sama dengan
usia Raden
Patah yang baru
diangkat menjadi Sultan Demak I bergelar Alam Akbar Al Fattah. Bila
Syarif Hidayat keturunan Syekh Maulana Akbar Gujarat dari pihak ayah,
maka Raden Patah adalah keturunannya juga tapi dari pihak ibu yang
lahir di Campa.
Dengan
diangkatnya Raden Patah sebagai Sultan di Pulau Jawa bukan hanya di
Demak, maka Cirebon menjadi semacam Negara Bagian bawahan vassal
state dari
kesultanan Demak, terbukti dengan tidak adanya riwayat tentang
pelantikan Syarif Hidayatullah secara resmi sebagai Sultan Cirebon.
Hal
ini sesuai dengan strategi yang telah digariskan Sunan Ampel, Ulama
yang paling di-tua-kan di Dewan Muballigh, bahwa agama Islam akan
disebarkan di P. Jawa dengan Kesultanan Demak sebagai pelopornya.
Setelah
pendirian Kesultanan Demak antara tahun 1490 hingga 1518 adalah
masa-masa paling sulit, baik bagi Syarif Hidayat dan Raden Patah
karena proses Islamisasi secara damai mengalami gangguan internal
dari kerajaan Pakuandan Galuh (di
Jawa Barat) dan Majapahit (di
Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan gangguan external dari Portugis yang
telah mulai expansi di Asia Tenggara.
Tentang
personaliti dari Syarif Hidayat yang banyak dilukiskan sebagai
seorang Ulama kharismatik, dalam beberapa riwayat yang kuat, memiliki
peranan penting dalam pengadilan Syekh
Siti Jenar pada
tahun 1508 di pelataran Masjid Demak. Ia ikut membimbing Ulama
berperangai ganjil itu untuk menerima hukuman mati dengan lebih dulu
melucuti ilmu kekebalan tubuhnya.
Eksekusi
yang dilakukan Sunan Kalijaga akhirnya berjalan baik, dan dengan
wafatnya Syekh Siti Jenar, maka salah satu duri dalam daging di
Kesultana Demak telah tercabut.
Raja
Pakuan di awal abad 16, seiring masuknya Portugis di Pasai dan
Malaka, merasa mendapat sekutu untuk mengurangi pengaruh Syarif
Hidayat yang telah berkembang di Cirebon dan Banten. Hanya Sunda
Kelapa yang masih
dalam kekuasaan Pakuan.
Di
saat yang genting inilah Syarif Hidayat berperan dalam
membimbing Pati
Unus dalam
pembentukan armada gabungan Kesultanan Banten, Demak, Cirebon di P.
Jawa dengan misi utama mengusir Portugis dari wilayah Asia Tenggara.
Terlebih dulu Syarif Hidayat menikahkan putrinya untuk menjadi istri
Pati Unus yang ke 2 pada tahun 1511.
Kegagalan
expedisi jihad II Pati Unus yang sangat fatal pada tahun 1521 memaksa
Syarif Hidayat merombak Pimpinan Armada Gabungan yang masih tersisa
dan mengangkat Tubagus
Pasai (belakangan
dikenal dengan namaFatahillah),untuk
menggantikan Pati Unus yang syahid di Malaka, sebagai Panglima
berikutnya dan menyusun strategi baru untuk memancing Portugis
bertempur di P. Jawa.
Sangat
kebetulan karena Raja Pakuan telah resmi mengundang Armada Portugis
datang ke Sunda Kelapa sebagai dukungan bagi kerajaan Pakuan yang
sangat lemah di laut yang telah dijepit oleh Kesultanan
Banten di Barat
danKesultanan
Cirebon di Timur.
Kedatangan
armada Portugis sangat diharapkan dapat menjaga Sunda Kelapa dari
kejatuhan berikutnya karena praktis Kerajaan Hindu Pakuan tidak
memiliki lagi kota pelabuhan di P. Jawa setelah Banten dan Cirebon
menjadi kerajaan-kerajaan Islam.
Tahun 1527 bulan
Juni Armada Portugis datang dihantam serangan dahsyat dari Pasukan
Islam yang telah bertahun-tahun ingin membalas dendam atas kegagalan
expedisi Jihad di Malaka 1521.
Dengan
ini jatuhlah Sunda Kelapa secara resmi ke dalam Kesultanan
Banten-Cirebon dan di rubah nama menjadi Jayakarta dan
Tubagus Pasai mendapat gelar Fatahillah.
Perebutan
pengaruh antara Pakuan-Galuh dengan Cirebon-Banten segera bergeser
kembali ke darat. Tetapi Pakuan dan Galuh yang telah kehilangan
banyak wilayah menjadi sulit menjaga keteguhan moral para
pembesarnya. Satu persatu dari para Pangeran, Putri Pakuan di banyak
wilayah jatuh ke dalam pelukan agama Islam. Begitu pula sebagian
Panglima Perangnya.
3.6. PERTAMANAN
GUNUNG SEMBUNG
Setelah
beberapa tahun R. Walang Sungsang bersam adiknya dan istrinya berguru
kepada Syekh Dzatul kahfi, dia di perintahkan agar membuka hutan
untuk di jadikan pedukuhan atau perkampungan, setelah pedukuhan
selesai pedukuhan itu di beri nama TEGAL ALANG-ALANG dan R. walang
sungsang di pilih sebagai kepala dukuh. Setelah berhasil mempercepat
laju perekonomian tegal alang-alang banyak pedagang asing berpaasaran
disitu. Karena percampuran antara bangsa yang beriman maka banyak
pendatang yang menawarkan pedukuhan CARUBAN (pertautan) sebagian
warga sebagai pencari ikan.
Di
kota suci makkah kedua kakak adik itu bermukim di rumah Syekh
bayanilah sambil menambah Ilmu Agama Islam keudian Ratu Rara santang
dinikahi oleh seseorang pembesar kota Ismailiyah, bernama Syarif
Abdillah, maka syarif Abdillah mengganti nama Rara santang dengan
nama SYARIFAH MUDA’IM, dari pperkawinan itu kemudian di karunia dua
orang putra yaitu SYARIF HIDAYATULLAH dan SYARIF NURULLAH
sekitar tahun 1496 pangeran sampai di Cirebon, beliau merasa kagum
karena selama tinggal di Makkah pedukuhan makin maju, padukuhan
caruban di tingkatkan menjadi sebuah negeri NAGARI CARUBAN LABANG.
Sebenarnya berita tentang jadinya negeri tersebut terdengar
Prabu Siliwangi yang tidak berkenan di hatinya akan berdirinya
neegeri yang berhaluan Islam ini.
Guna
mengimnbangi kemajuan yang sangat pesat pangeran Cakrabrana membangun
istana negeri yang di beri nama PAKUNG WATI nama putrinya yang lahir
ketika dia masih di Makkah. Selain itu untuk kunjungan tetapnya ke
SYEKH DZATUL KAHFI di gunung jati di bangun tempat peristirahatan /
pertamanan GUNUNG SEMBUNG.
3.7. SUNAN
GUNUNG JATI BUKAN FATAHILLAH
Syarif
Hidayatullah dan putra-putrinya Nyi ratu Rarasantang dengan Syarif
Abdillah, sejak kecil keduanya telah di perintah supaya menimba illmu
sebanyaknya dari ulama’ yang mereka gurui, saat Syarif Hidayatullah
berusia 28 tahun ayahnya meninggal dunia maka sebagai pengganti untuk
memearintak kota Ismailiyyah. Ibunya dan Syarif hidayatullah
meninggalkannya untuk pulang ke tanah jawa. Sekitar tahun 1415
keduanya sampai ke Curaban dan di sambut baik oleh pamannya yaitu
Pangeran Cakrabana.
Berita
tentang tampilnya seorang Mubaligh asal kota Ismailiyyah pemimpin
negeri Cirebon terdengar oleh Demak yang berdiri pada tahun 1418 yang
di bawah kekuasaan SUNAN RADEN PATAH. Maka sultan raden patah bersama
raden lainnya yang sudah bergelar sunan menetapkan Syarif
Hidayatullah sebagai pemimpin penyiar Agama Nabi Muhammad SAW di
wilayah Jawa Barat beliau menetapkan juga sebagai Suanan Cirebon
dengan gelar SUNAN GUNUNG JATI bermula dari sinilah terbentuklah
sidang dewan wali sembilan (WALI SANGA) terdiri dari :
1. Maulana
Raden Rahmat
: Sunan Ampel
(Surabaya)
2. Maulana
Makhdum Ibrahim
: Sunan Bonang
(Tuban)
3. Maulana
Raden Paku
: Sunan Giri
(Gresik)
4. Maulana
Syarifudin
: Sunan Drajad
(Sedayu)
5. Maulana
Ja’far Shodiq
: Sunan Kudus
(Kudus)
6. Maulana
Raden Syahid
: Sunan Kali Jaga (Demak)
7. Maulana
Raden Prawata
: Sunan Muria
(Kudus)
8. Maulana
Malik Ibrahim
: Sunan Gresik
(Gresik)
9. Maulana
Syarif Hidayatullah
: Sunan Gunung Jati (Cirebon)
Pada
tahun 1480 sunan gunung jati menikah dengan putri kaisar Tiengkek ini
bernama ONG TIEN, kemudian diganti dengan nama NYI RATU RARA
SUMANDING.
Di
tengah-tengah kesibukannya pembangunannya fisik material dan mental
di negri Cirebon ini datanglah utusan dari Raden Patah di kraton
Pakung Wati, melaporkan bahwa malaka sudah di duduki oleh portugis,
maka dari itu Demak mengirim bala bantuan pertahanan yang di pimpim
oleh DIPATI UNUS, kerajaan malaka di duduki portugis pada tahun
1511 pada masa pemerintahan SULTAN MAHMUD SYAH.
Sesuai
yang di rencanakan bahwa Demak akan mengirim pasukan ke Cirebon untuk
mempertahankan pelabuhan sunda dari portugis, pada tahun 1518 R.
Patah meninggal dan di gantikan oleh DIPATI UNUS dengan gelar
Pangeran Sabrang lor, dibawah pimpinan Fatahillah mereka berhadapan
dengan Portugis, namun pada akhirnya pasukan pajajaran di pukul
mundur dan pportugis pun terusir dari sunda kelapa pada tahun 1522.
Langkah-langkah
selanjuutnya yang di lakukan oleh Maulana Syarif Hidayatullah adalah
memperluas wilayah islam kenegeri-negeri sekitar Cirebon, untuk itu
beliau menarik kembali Fatahillah yang sudah menduduki jabatan Bupati
Jayakarta untuk memimpin pasukannya guna memperluas Agama Islam.
Adapun daerah sekitar Cirebon yang berhasil dikuasai adalah :
3.8. RAJA
GALUH
Bekas
pusat pajajaran sebelum pindah ke pakuan (Bogor) di perintah oleh
prabu cakraningrat sebagai bekas pemerintahan pajajaran, raja galuh
menuntut agar Cirebon tunduk dan mengirim Upeti seperti dulu.
Selesai
penekhlukan Talaga dan Raja Galuh Sultan Cirebon Syarif Hidayatullah
menyelenggarakan tasyakuran bersama dengan menikahkan FATAHILLAH
dengan putrinya RATU WULUNG AYU.
Kemudian
Setelah Segalanya Diatur Dengan Tertib dan usia sultan sudah lanjut,
maka sang putra PANGERAN MUHAMMAD ARIFIN di nobatkan sebagai sultan
II dengan gelar pangeran PASAREAN. Penasehat Sultan yang masih muda
ini Sunan Gunung Jati dengan persetujuan warga kesultanan mengangkat
Fatahillah dengan sebutan KI BAGUS PASAI.
Namun
pada tahun ke-5 pengangkatannya ± tahun 1552 pangeran pasarean ke-II
itu mendahului ayahandanya berpulang ke rakhmatullah.
Dengan
wafatnya pangeran pasarean ini, Sunan Gunung Jati yang sudah merintis
ketentraman hari tuanya dengan menata agama di pasambangan itu
mengambil kebijaksanaan kesultanan Cirebon dengan mengangkat ARIA
KAMUNING sebagai Sultan Cirebon ke III dengan gelar DIPATI CARBON I
Masa
pemerintahan Dipati carbon 1 ± 12 tahun pada tahun 1565 tahta
kesultananya di serahkan kepada putranya yang berusia 18 tahun yaitu
PANGERAN MAS karena usianya masih tetrlalu muda ini banyak
memerlukan saran dan bimbingan dari sesepuh kraton seperti Sunan
Gunung Jati dan Kiyai Bagus Pasai.
Oleh
kaarenanya pada pemerintahan panembah ratu I Cirebon sedikit
mengalammi penurunan, untung padamasa Sunan Gunung Jati kerajaan
kecil yang menjadi pusat agama nenek moyang sudah semua di tundukkan,
sehingga langkah selanjutnya tinggal meningkatkan pembinaan agar
diantara mereka tidak ada sedikitpun niat untuk memberontak.
3.9. WAFAT
SUNAN GUNUNG JATI
Dalam
masa keprihatinan itu, dalam tahun 1568 seluruh warga kesultanan
Cirebon berduka cita dengan berpulangnya ke alam baqa’ SYEKH
MAULANA SYARIF HIDAYATULLAH SULTAN MAHMUD setelah genap berusia 120
tahun.
Bersama
ibu Syarifah muda’im dan paman pangeran cakrabuana. Beliau di
kebumikan di pertamanan Gunung Sembung dan 2 tahun kemudian menyusul
pula KIYAI BAGUS PASAI FATAHILLAH dan di makamkan di tempat yang
sama.
Demikianlah
sekilas tentang riwayat kedua tokoh yang di identikkan menurut versi
tokoh berdasarkan bukti yang ada.
Makam
kedua tokoh itu, berdampingan dan tidak di perantai apapun. Maka
dengan kilasan riwayat mudah-mudahan bisa dimaklumi bahwa SUNAN
GUNUNG JATI adalah SYARIF HIDAYATULLAH bukan FATAHILLAH atau
FALATEHAN.
BAB
IV
PENUTUP
Alhamdulillahi
robb al-‘alamin akhirnya Karya tulis ini dapat terselesaikan dengan
semaksimal mungkin walau mungkin jauh dari sempurna, penulis banyak
mengucapkan terima kasih atas dukungan dari semua pihak yang telah
memberi dukungan baik secara materiil maupun moril, semoga makalah
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi kita semua umumnya .
4.1 Kesimpulan
Walisongo
mempunyai peranan penting dalam proses peradaban islam di tanah jawa,
karena kebudayaan-kebudayaan Hindu Budha telah berhasil di
adaptasikan dan di interprestasikan menjadi budaya islam, tentunya
tidak menyimpang dari Islam sendiri, dan yang pasti dapat menjadi
hiburan untuk masyarakat. Bahkan
hingga kini masih sering kita dengar tembang-tembang dari tokoh
walisongo.
4.2 Saran
Demikianlah
Karya tulis ini kami persembahkan dan hanya sebatas inilah kemampuan
penulis dalam menyusun Karya Tulis. Semoga para pembaca terutama Guru
Pembimbing Mata Pelajaran Bahasa Indonesia MAN Babakan Lebaksiu Tegal
dapat mengambil sedikit banyak manfa’at dari Karya tulis ini.
Saran
dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak terutama
teman-teman seperjuangan di MAN Babakan Lebaksiu Tegal serta dari
Guru- Guru yang sangat kami harapkan. Dan semoga MAN Babakan Lebaksiu
Tegal ini memberi guna dan manfaat. Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Musthofa
Bisri, K. 1952. Tarikh Auliya, Kudus; Menara kudus
Sunardi
M. Ag. Drs. 2004. Bahasa Arab; Surabaya. Kantor wilayah
Departemen Agama
Wahyudi
Asnan. 2001. Kisah Wali Sanga. Surabya.
Karya Ilmu
Didi
Suryadi. 1977. Babad Limbangan.
· Edi
S. Ekajati. 1992. Sejarah Lokal Jawa Barat. Jakarta:
Interumas Sejahtera.
· _________.
1995. Kebudayaan Sunda (Suatu Pendekatan Sejarahi). Jakarta:
Pustaka Jaya.
· Hamka.
1960. Sejarah Umat Islam. Jakarta: Nusantara.
· Pemerintahan
Propinsi Jawa Barat. 1983. Rintisan Penelusuran Masa Silam
Sejarah Jawa Barat.
· Yuyus
Suherman. 1995. Sejarah Perintisan Penyebaran Islam di Tatar
Sunda. Bandung: Pustaka.
· http://serbasejarah.wordpress.com/2008/12/19/syarif-hidayatullah-sunan-gunung-jati/
· Suryadi, Didi. 1977. Babad
Limbangan. Hal : 46.
· Apipudin.
2010. Penyebaran Islam di Daerah Galuh Sampai Abad ke 17. Badan
Litbang dan Diklat Kementrian Agama.
DAFTAR
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Sahrul Izazi
Tempat/Tanggal
Lahir : Tegal , 12 Oktober 1996
Alamat
: Jatirawa City
Agama
: Islam 100 %
Hobi
: Menulis
Cita
– cita : Pengusaha Sukses
Nama
: A. Saefullah
Tempat/Tanggal
Lahir : 05 September 1995
Alamat
: Gantungan Jatinegara
Agama
: Islam
Hobi
: Dengerin musik
Cita
– cita : Tentara
Nama
: Roy Zaenal Wildan A.
Tempat/Tanggal
Lahir : Tegal , 19 Maret 1996
Alamat
: Temkid – Adiwerna – Tegal
Agama
: Islam
Hobi
: Sepak bola
Cita
– cita : Pemain Sepak bola
Nama
: M. Jazeri
Tempat/Tanggal
Lahir : Tegal , 21 Januari 1996
Alamat
: Bumijawa Tegal
Agama
: Islam
Hobi
: Olahraga
Cita
– cita : -
Nama
: Edi Asfiya
Tempat/Tanggal
Lahir : Tegal , 22 Oktober 1995
Alamat
: Kedungwungu City Tegal
Agama
: Islam
Hobi
: Menulis
Cita
– cita : Pengusaha Sukses
Nama
: Pandhu Aqil M.
Tempat/Tanggal
Lahir :
Alamat
:
Agama
: Islam
Hobi
: Olahraga
Cita
– cita : Bina Ragawan
LAMPIRAN
Atau bisa download filenya di
Sini File Type .Doc